REVIEW JURNAL : Pewarisan Karakter Kualitatif dan Kuantitatif pada Hipokotil dan Kotiledon Tomat (Solanum lycopersicum L.) Silangan IPB T64 x IPB T3
REVIEW JURNAL : Pewarisan Karakter Kualitatif dan Kuantitatif pada Hipokotil dan Kotiledon Tomat (Solanum lycopersicum L.) Silangan IPB T64 x IPB T3
PENDAHULUAN
Pengidentifikasian
pewarisan warna hipokotil pada tomat membutuhkan biaya yang cukup mahal jika melalui
marka molekuler. Hal tersebut yang melatarbelakangi penelitian ini. Peneitian
ini bertujuan untuk mempelajari pola pewarisan sifat beberapa karakter
kuantitatif pada hipokotil dan kotiledon tomat sebagai marka morfologi. Marka
morfologi merupakan alternative marka molekuler karena lebih efisien dari segi
biaya. Penelitian pola pewarisan sifat karakter kuantitatif pada hipokotil dan
kotiledon tomat menjadi penting untuk dilakukan pada tahap awal pertumbuhan
tanaman agar seleksi yang dilakukan lebih efektif dan efisien.
METODE PENGUKURAN
Materi
genetik yang digunakan terdiri atas tetua (P1) tomat dengan hipokotil berwarna
hijau (IPB T64) sebanyak 65 bibit, tetua (P2) tomat dengan hipokotil berwarna
ungu (IPB T3) sebanyak 60 bibit; turunan pertama (F1) sebanyak 60 bibit;
turunan pertama resiprokal (F1R) sebanyak 65 bibit; silang balik pada tetua
betina (BCP1) sebanyak 178 bibit dan silang balik pada tetua jantan sebanyak 84
bibit, dan populasi turunan kedua (F2) sebanyak 402 bibit untuk karakter
kuantitatif. Penyemaian benih dilakukan pada tray menggunakan media steril
untuk pengujian karakter kuantitatif dengan satu benih per lubang tray
Penyiraman bibit tanaman pada tray dilakukan setiap hari dengan cara dikocor. Peubah
pengamatan terdiri atas warna hipokotil, panjang hipokotil (cm), panjang
kotiledon (cm), dan lebar kotiledon (mm). Pengamatan dilakukan setelah
kotiledon terbuka sempurna yaitu pada saat berumur 7-10 hari setelah semai. Analisis
data karakter kuantitatif terdiri atas pendugaan pengaruh tetua betina, uji
kenormalan data, derajat dominansi, kelayakan model genetik, komponen ragam,
dan heritabilitas.
HASIL
1. Pengaruh
Tetua Betina terhadap Pewarisan Karakter Hipokotil dan Kotiledon Tomat Silangan
Genotipe IPB T64 x IPB T3
Hasil uji kehomogenan ragam dan pengaruh tetua betina mengunakan uji F dan uji beda nilai tengah (uji t) menunjukkan bahwa tidak terjadi perbedaan nyata antara F1 dan F1R untuk semua karakter yang diamati (Tabel 2).
Tabel
2. Uji pengaruh tetua betina pada karakter hipokotil dan kotiledon tomat hasil persilangan
Genotipe IPB T64 x IPB T3
Populasi |
Panjang Hipokotil |
Panjang Kotiledon |
Lebar Kotiledon |
F1 |
3.83 ± 0.07 |
2.21 ± 0.04 |
7.56 ± 0.12 |
F1R |
3.71 ± 0.07 |
2.14 ± 0.03 |
7.42 ± 0.12 |
Prob > f
hit |
1.07 tn |
1.22 tn |
1.22 tn |
Prob > t hit |
1.33 tn |
0.97 tn |
0.78tn |
Keterangan:
tn = tidak nyata pada taraf α = 5%
Hasil uji t menunjukkan
bahwa tidak terdapat pengaruh tetua betina
dalam
pewarisan panjang hipokotil, serta panjang dan lebar kotiledon., sehingga
mengindikasikan hanya gen-gen dalam inti yang mengendalikan pewarisan karakter-
karakter tersebut.
Hasil uji F menunjukkan ragam F1 dan F1R homogen sehingga pada analisis selanjutnya materi genetik dari F1 dan F1R dapat digabungkan
2.
Uji Sebaran Populasi F2 Tomat Hasil
Persilangan Genotipe IPB T64 x IPB T3
Pendekatan
untuk menduga kendali genetik dapat berupa pendugaan deskriptif menggunakan
skewness dan kurtosis. Hasil sebaran data penelitian berdasarkan kurva sebaran
populasi F2 pada karakter panjang hipokotil, panjang dan lebar kotiledon
bersifat kontinyu dan berbentuk platykurtic (Gambar 1).
3.
Derajat
dominansi tiap karakter
Tabel 3. Potensi rasio,
nilai skewness dan kurtosis pada populasi F2 karakter
panjang dan lebar kotiledon
Karakter |
Potensi Rasio |
Aksi Gen |
Skewness |
Kurtosis |
Panjang Hipokotil |
0.96 |
Dominan parsial |
-0.05 |
-0.38 |
Panjang Kotiledon |
0.16 |
Dominan
parsial |
0.11 |
-0.47 |
Lebar Kotiledon |
1.99 |
Overdominan |
-0.27 |
0.18 |
Karakter panjang hipokotil dan panjang kotiledon
memiliki nilai potensi rasio yang berada pada kisaran 0 sampai 1, sedangkan
lebar kotiledon lebih dari 1 (Tabel 3). Hal ini mengindikasikan bahwa karakter
panjang hipokotil dan kotiledon dikendalikan oleh aksi gen dominan parsial,
sedangkan karakter lebar kotiledon dikendalikan oleh aksi gen overdominan
Karakter panjang hipokotil dan lebar kotiledon dikendalikan oleh banyak gen dengan aksi gen aditif dengan pengaruh epistasis duplikat karena skewness bernilai positif, sedangkan panjang kotiledon dikendalikan oleh banyak gen dengan pengaruh epistasis komplementer karena skewness bernilai positif.
4.
Aksi Gen pada Karakter Hipokotil
dan Kotiledon Tomat Hasil Persilangan
Genotipe IPB T64 x IPB T3
Uji skala individu pada karakter
panjang hipokotil serta panjang kotiledon dan lebar kotiledon
menunjukkan hasil nyata pada salah satu skala A, B atau C (Tabel 4) maka terdapat
interaksi interalelik atau epistasis, sehingga untuk menentukan kelayakan model
genetic yang paling sesuai harus dilakukan uji skala gabungan.
Tabel 4. Hasil uji skala persilangan IPB T64 x IPB
T3
Karakter |
Uji Skala |
||
A |
B |
C |
|
Panjang
Hipokotil |
0.231tn ± 0.137 |
-0.334* ± 0.167 |
0.309tn ± 0.205 |
Panjang
Kotiledon |
0.008tn ± 0.084 |
-0.224* ± 0.107 |
0.663* ± 0.130 |
Lebar
Kotiledon |
-0.038tn ± 0.241 |
-0.299tn ± 0.290 |
1.030* ± 0.369 |
Keterangan: *
model tidak sesuai pada taraf α = 5%, tn model sesuai pada taraf α = 5%.
Tabel 5. Uji kecocokan model genetik untuk karakter hipokotil dan kotiledon tomat hasil persilangan genotipe IPB T64 x IPB T3
Model Genetik Panjang Hipokotil Panjang Kotiledon Lebar Kotiledon
m [d] |
34.47 |
** |
46.20 |
** |
17.88 |
** |
m [d] [h] |
11.15 |
** |
41.25 |
** |
14.42 |
** |
m [d] [h] [i] |
8.76 |
** |
17.12 |
** |
5.74 |
tn |
m [d] [h] [j] |
3.89 |
tn |
40.35 |
** |
14.34 |
** |
m [d] [h] [l] |
9.93 |
** |
33.23 |
** |
12.16 |
** |
m [d] [h] [i]
[j] |
1.52 |
tn |
16.35 |
** |
5.66 |
** |
m [d] [h] [i]
[l] |
8.39 |
** |
3.49 |
tn |
0.59 |
tn |
m [d] [h] [j]
[l] |
3.20 |
tn |
32.86 |
** |
12.14 |
** |
Keterangan:
** model tidak sesuai pada taraf α = 5%, tn model sesuai pada taraf α= 5%
Model genetik yang sesuai untuk karakter panjang hipokotil adalah aditif-dominan dengan pengaruh interaksi aditif x aditif dan aditif x dominan dengan lima komponen m[d][h][i][j], sedangkan untuk karakter panjang dan lebar kotiledon adalah aditif x dominan dengan pengaruh interaksi aditif x aditif dan dominan x dominan dengan lima komponen m[d][h][i][l] (Tabel 5)
Tabel 6. Pendugaan komponen genetik untuk karakter
hipokotil dan kotiledon tomat hasil persilangan IPB T64 x IPB T3
Karakter |
Komponen
genetik |
|||||
m |
d |
h |
i |
j |
l |
|
Panjang Hipokotil |
3.70* |
-0.29* |
0.10tn |
-0.16tn |
0.51* |
- |
Panjang Kotiledon |
2.99* |
-0.15* |
-1.76* |
-0.82* |
- |
0.97* |
Lebar Kotiledon |
8.71* |
-0.05tn |
-2.75* |
-1.31
* |
- |
1.59* |
keterangan: m = nilai tengah; d =
pengaruh aditif; h = pengaruh dominan; i = pengaruh interaksi aditif x aditif;
j = pengaruh interaksi aditif x dominan; l = pengaruh interaksi dominan x dominan;
tn = tidak berbeda nyata pada taraf α = 5%
Nilai aditif lebih
besar dibandingkan nilai dominan, artinya bahwa aksi gen aditif lebih berperan
pada karakter panjang hipokotil. Pengaruh interaksi gen aditif x aditif
bernilai negatif sedangkan interaksi aditif x dominan bertanda positif. Hal ini
menunjukkan bahwa pengaruh interaksi aditif x dominan adalah penting sehingga
pewarisan panjang hipokotil tomat dipengaruhi oleh epistasis aditif dominan.
Nilai dominan dan
aditif berlawanan dengan masing-masing interaksinya maka tipe interaksi yang paling
berperan adalah interaksi duplikat. panjang dan lebar kotiledon pada penelitian
ini dipengaruhi oleh epistasis duplikat.
5.
Heritabilitas
Karakter Hipokotil dan Kotiledon Tomat Hasil Persilangan IPB T64 x IPB T3
Tabel 7. Komponen ragam serta
heritabilitas arti luas dan arti sempit beberapa karakter tomat
Komponen |
Panjang Hipokotil |
Panjang Kotiledon |
Lebar Kotiledon |
Ragam Aditif (s2D) |
0.15 |
0.13 |
0.62 |
Ragam
Dominan (s2H) |
1.23 |
1.19 |
2.85 |
Ragam
Lingkungan (s2E) |
0.18 |
0.24 |
0.69 |
Ragam
Fenotipe (s2P) |
0.50 |
0.24 |
1.51 |
Ragam
Genetik (s2g) |
0.32 |
0.00 |
0.82 |
Heritabilitas Arti Luas |
0.63 |
0.51 |
0.54 |
Heritabilitas Arti Sempit |
0.29 |
0.27 |
0.41 |
Keterangan:
s2E = ragam lingkungan; s2P
= ragam fenotipe; s2G = ragam genetik; s2D
= ragam aditif; s2H = ragam dominan; h2bs = heritabilitas
arti luas; dan h2ns = heritabilitas arti sempit
Jika heritabilitas arti luas nilainya lebih tinggi
dibandingkan heritabilitas arti sempit menunjukkan bahwa proporsi ragam dominan
lebih besar dibandingkan ragam aditif. Keadaan ini mencerminakan bahwa proporsi
ragam dominan lebih besar dibandingkan ragam aditif. Ragam dominan yang tinggi
mencerminkan bahwa karakter tersebut baik dalam keadaan heterozigot
KESIMPULAN
Karakter
warna hipokotil dikendalikan oleh dua pasang gen epistasis dominan-resesif. Gen
pengendali warna ungu bersifat dominan terhadap gen pengendali warna hijau pada
hipokotil tomat. Karakter panjang hipokotil serta panjang dan lebar kotiledon
dikendalikan oleh banyak gen, namun tidak ada pengaruh tetua betina. Aksi gen
berdasarkan potensi rasio untuk panjang hipokotil dan panjang kotiledon adalah
dominan parsial, sedangkan untuk lebar kotiledon adalah overdominan. Aksi gen
berdasarkan uji skala gabungan menunjukkan bahwa panjang hipokotil dikendalikan
oleh gen aditif dengan pengaruh epistasis aditif dominan, sedangkan panjang dan
lebar kotiledon dikendalikan oleh gen dominan dengan pengaruh epistasis
duplikat. Nilai heritabilitas arti luas pada karakter panjang hipokotil serta
panjang dan lebar kotiledon tomat yang diamati masuk pada kategori tinggi
(0.63, 0.51 dan 0.54), sedangkan nilai heritabilitas arti sempit berada pada
kategori sedang (0.29, 0.27, dan 0.41).
DAFTAR PUSTAKA
Mustafa, M., Syukur, M., & Sutjahjo, S. H.
(2016). Pewarisan Karakter Kualitatif dan Kuantitatif pada Hipokotil dan
Kotiledon Tomat (Solanum lycopersicum L.) Silangan IPB T64 x IPB T3. Jurnal Hortikultura Indonesia, 7(3), 155-164.
Komentar
Posting Komentar